Kurikulum Merdeka dan Kreativitas Lokal di SMP Negeri 1 Bobotsari: Sebuah Telaah Mendalam
Kurikulum Merdeka menawarkan fleksibilitas yang luar biasa, dan SMP Negeri 1 Bobotsari memanfaatkannya dengan cerdas. Sekolah ini tidak hanya fokus pada materi inti, tetapi juga mengintegrasikan kekayaan Kreativitas Lokal Purbalingga ke dalam pengalaman belajar siswa.
Integrasi ini terwujud nyata melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Proyek bertema kearifan lokal memungkinkan siswa mengeksplorasi budaya Bobotsari dan sekitarnya, menumbuhkan rasa cinta terhadap warisan budaya mereka.
Salah satu proyek unggulan adalah pengolahan potensi alam dan Kreativitas Lokal menjadi produk bernilai ekonomi. Siswa belajar tentang kerajinan tangan, kuliner khas, atau bahkan musik tradisional daerah yang kemudian mereka kembangkan.
Pendekatan ini menjembatani teori dan praktik, membuat pembelajaran lebih relevan dan kontekstual. Siswa tidak hanya menghafal, tetapi secara langsung terlibat dalam proses produksi dan pelestarian aspek Kreativitas Lokal yang unik.
Guru berperan sebagai fasilitator, bukan sumber ilmu tunggal. Mereka mendorong siswa untuk berinteraksi dengan pelaku seni atau wirausaha lokal. Ini memperluas jejaring belajar siswa, melampaui batas-batas ruang kelas konvensional.
Dampak positifnya sangat signifikan. Selain meningkatkan daya tarik belajar, Kreativitas Lokal yang diasah melalui kurikulum ini juga memupuk semangat kewirausahaan dan kemandirian siswa sejak dini.
Kurikulum Merdeka memberi kebebasan guru untuk merancang modul ajar yang sesuai dengan konteks lingkungan. Di Bobotsari, ini berarti materi ajar selalu memiliki keterkaitan kuat dengan potensi sosial-budaya setempat.
Telaah mendalam ini menunjukkan bahwa keberhasilan Kurikulum Merdeka di SMP Negeri 1 Bobotsari terletak pada kemampuan sekolah mengawinkan inovasi kurikulum nasional dengan identitas budaya daerah. Hasilnya adalah lulusan yang berkarakter dan berakar kuat pada Kreativitas Lokal.
