Etika Digital Sejak Dini: Pembentukan Karakter di Era Teknologi di SMP

Di era digital yang serba cepat ini, Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki peran krusial dalam Pembentukan Karakter siswa, khususnya dalam konteks etika digital. Anak-anak dan remaja saat ini adalah “generasi digital native“, yang tumbuh besar dengan internet dan media sosial. Oleh karena itu, menanamkan etika yang baik dalam berinteraksi di dunia maya menjadi sama pentingnya dengan etika di dunia nyata. Pembentukan Karakter yang kuat di ranah digital akan membekali mereka menjadi warga negara digital yang bertanggung jawab. Sebuah riset dari Pusat Kajian Digital Indonesia pada 2 Juli 2025 menunjukkan bahwa siswa SMP yang menerima edukasi etika digital secara terstruktur memiliki risiko 50% lebih rendah terlibat dalam cyberbullying atau penyebaran hoaks.

Pembentukan Karakter di era teknologi di SMP mencakup berbagai aspek. Pertama, kesadaran akan jejak digital. Siswa diajarkan bahwa setiap aktivitas daring, baik itu unggahan foto, komentar, maupun pesan, meninggalkan jejak yang bisa diakses dan memiliki dampak jangka panjang. Mereka didorong untuk berpikir sebelum mengunggah atau berkomentar, mempertimbangkan apakah konten tersebut pantas, tidak merugikan orang lain, dan mencerminkan diri mereka secara positif. Guru Bimbingan Konseling (BK) di SMP Rajawali Jakarta, misalnya, mengadakan sesi rutin “Jejak Digital Kita” setiap hari Jumat di minggu ketiga bulan berjalan, mengupas kasus nyata dan dampaknya.

Kedua, adalah pencegahan cyberbullying dan perlindungan privasi. Siswa diajarkan untuk tidak menjadi pelaku cyberbullying dan bagaimana bersikap jika menjadi korban. Mereka juga diedukasi mengenai pentingnya menjaga informasi pribadi dan tidak mudah percaya pada orang asing di dunia maya. Peran guru dan orang tua sangat penting dalam memantau dan membimbing. Pada 10 Juni 2025, Unit Perlindungan Anak (UPA) Kepolisian Daerah Jawa Barat mengadakan sosialisasi tentang keamanan siber dan bahaya predator online di beberapa SMP di Bandung, bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menguatkan Pembentukan Karakter siswa dalam berinternet.

Ketiga, adalah kemampuan memilah informasi dan menghindari penyebaran hoaks. Di tengah banjir informasi, siswa dilatih untuk bersikap kritis, memverifikasi sumber berita, dan tidak langsung mempercayai setiap konten yang mereka temui. Mereka diajarkan untuk mencari sumber terpercaya dan memahami dampak negatif dari penyebaran informasi yang tidak benar. Dengan penekanan pada etika digital sejak dini, Pembentukan Karakter siswa di SMP tidak hanya akan membuat mereka cerdas berteknologi, tetapi juga beretika, bertanggung jawab, dan aman dalam menjelajahi dunia digital yang luas.